#43. Kisah Ibu Tua

Alfina
2 min readFeb 20, 2024
image source: freepik.com

Ini adalah sebuah kisah di suatu rumah. Saban hari didengarnya bunyi mesin parut kelapa, jam dua atau tiga. Itu adalah mesin milik tetangga yang tak pernah alpa bangun dini hari buta membuat macam-macam panganan untuk dijajakan mengais rupiah.

Tetapi malam ini ada yang beda. Malam ini tak terdengar lagi apa-apa. Biarkan sang tetangga beristirahat, malam ini saja. Ah, kalau pun itu bisa dibilang istirahat, setidaknya istirahat dari rutinitas hari-harinya yang seperti tak ada jeda.

Hari ini ia tetap terjaga pagi buta, bahkan mungkin tak pernah sempat menutup mata sejak senja datang menyapa. Kali ini ia tetap terjaga, bukan memarut kelapa, bukan pula membuat kue yang dijaja tak seberapa.

Ia terjaga demi menemani malam terakhir anaknya di dunia, sebelum pagi datang memberi pertanda bahwa sudah waktunya si buah hati dimasukkan ke dalam tanah. Buah hati yang tak ada lagi tersisa lucu-lucunya. Sebab, orang dewasa mana yang masih membikin gemas? Tapi ia masih tetap buah hatinya! Betapa pun tua usianya.

Setelah berpuluh tahun hidup di dunia, mengandung, melahirkan, membesarkan, merelakan kepergiannya dari rumah demi pencarian jati dirinya, lalu tahu-tahu tak ada waktu lagi untuk berhihi-haha, habis sudah jatahnya di dunia. Yang tersisa hanya waktu untuk mendoakan, menyerahkan kembali kepada pemilik sebenar-benarnya.

Ah, betapa beratnya menjadi dia, Si Ibu Tua.

Semoga jiwanya dikuatkan selalu, hatinya dilapangkan seluas-luasnya menerima apa pun takdir dari-Nya. Aamiin allahumma aamiin.

22 Januari 2024

--

--