#45. Lebaran D2

Alfina
4 min readApr 11, 2024

Kalau lebaran hari pertama kemarin diisi penuh tangisan (T_T), maka hari kedua ini full senyum wkwkwk alhamdulillah~

Pada tulisan tidak jelas part ke-sekian ini, saya ingin mengabadikan beberapa jokes yang mungkin bagi sebagian orang cukup jayus, tapi berhasil bikin saya ngakak mendengar celetukan dari bocil-bocil (bocah cilik) kesayangan yang malam ini datang bertamu ke rumah. Jika tidak ingin membuang-buang waktu, sebaiknya cukup dibaca sampai sini saja, silakan lanjut membaca tulisan lain yang lebih penting B-)

Image by jcomp on Freepik

Markimul, mari kita mulai!
1. Posisinya Aldi (8 tahun), Nabila (10 tahun), dan Adit (yang se-tim sama saya) sedang main kartu Uno. Permainan sudah berlangsung tiga ronde, diakhiri dengan Nabila yang terus menerus kalah. Adit (5 tahun) tiba-tiba berdiri joget-joget sambil nyanyi lagunya Ghea di depan kakaknya, Nabila: “Oooh menangislah, engkau juga manusiaaa~”

2. Pas sedang duduk-duduk santai depan TV, Adit tiba-tiba datang dan bicara ke saya:
Adit: “Pina, apa itu di matamu?” *sambil nunjuk mata saya
Saya: “Hah? Apa?” *sambil pegang area sekitar mata
Adit: “Oooh menangislah, engkau juga manusiaaa~”

T___T

3. Masih sedang duduk-duduk santai depan TV, Adit lanjut melancarkan aksi tipuannya:
Adit: “Itu apa?” *nunjuk lengan atas saya
Saya: “Yang mana?” *pegang lengan sendiri
Adit: “Nyeri otot? minum Oskadooon SP” *ceritanya ngiklan WKWKWKWK

4. Tidak lama berselang, hujan deras turun. Fira (16 tahun) berinisiatif membuat mi kuah instan untuk dimakan beramai-ramai. Sesaat setelah matang, mi kuah pun dihidangkan sepaket dengan buras (di daerah kami kadang disebut burasak (baca: burasa’)). Tiba-tiba Aldi nyeletuk, “Jangan ada yang makan burasak, nanti Pak Razak marah”. *Hening*… *Hening*… Tidak lama berselang ketawa saya pecah seketika saat paham maksudnya xD Ya Allah bocil tapi jokenya bapack-bapack sekali.

5. Nabila sedang ngulet di atas karpet sambil kasih tebak-tebakan jadul yang… let’s say sudah basi. Yhaa bagaimana tidak, masa kecil saya dulu juga sering main itu hahah… Tapi ya, mari tetap kita ladeni, karena anak-anak pun perlu merasakan perasaan bahwa dia didengarkan dan dilibatkan. (Ket: N=Nabila, S=Saya)
N: “Bagaimana cara masukkan gajah ke dalam kulkas?”
S: “Gampang. Buka kulkasnya, masukkan gajahnya”
N: “Ahaha, baru permulaan B-). Terus, kalau masukkan jerapah ke dalam kulkas bagaimana caranya?”
S: “Yhaa dibuka kulkasnya, keluarkan gajahnya, masukkan jerapahnya B-))”
N: “Oke… Selanjutnya, ada 100 batu bata di atas pesawat yang sedang terbang, terus satu jatuh. Sisa berapa?”
S: “Sisa 99 dong”

*Pada pertanyaan ini biasanya sang penanya berpikir bahwa orang yang ditanyai sudah terdistraksi karena pertanyaan terakhir sudah tidak saling terhubung, padahal alur masih saling berkaitan sampai habis*

N: “Raja hutan mengadakan pesta di hutan. Hewan apa yang tidak hadir?”
S: “Jerapah-lah. Kan dia masih ada di dalam kulkas” xD
N: “Hahaha oke.. Oke.. Lanjut, ada manusia yang mau datang ke pesta tadi tapi harus menyeberangi sungai yang penuh buaya. Pas menyeberang, tiba-tiba dia mati. Kenapa?”
S: “Karena ditimpuk batu yang jatuh dari pesawat tadi”

Kami berdua beserta bocil di sekitar yang turut menyimak aksi tebak-tebakan lalu terkikik-kikik, entah apa yang lucu xD

Yak, cukup sekian cerita random malam ini bersama para adik-adik kesayangan yang datang bertamu ke rumah. Sebenarnya ada dua bocil lain yang tadi juga datang, Aliyah (9 tahun) dan Aurel (4 tahun), hanya saja mereka pulang lebih cepat karena ada keperluan yang harus diurus orang tuanya. Belum sempat main banyak permainan haha, lebih banyak kupeluk, uyel-uyel, dan kejar-kejaran wkwkwk karena demi apa pun sumpah KGN BGT, selama Ramadan belum sempat main ke rumahnya.

Selalu menyenangkan berinteraksi dengan mereka, soalnya masih polos, innocent, rasa ingin tahunya tinggi; masa-masa terbaik untuk turut berkontribusi menanamkan nilai dan pengaruh positif di masa pertumbuhannya. Walau tidak sepenuhnya, tapi saya yakin selalu ada pengaruh dari kita (orang-orang dewasa di sekitarnya) yang turut membentuk diri dan pola pikirnya kelak di kemudian hari. Sebisa mungkin selalu berusaha untuk tidak menghakimi terlalu dini kenakalan-kenakalan di masa kanak-kanak seseorang, misalnya menjudge mereka sebagai orang yang susah diatur, keras kepala, bandel, dan lain-lain, karena kita masih bisa mengambil peran melalui interaksi, memberi perhatian dan afeksi, menyimak cerita-ceritanya, melibatkannya dalam percakapan dan keseharian. Kasarnya, mereka masih “mudah dibentuk” dan kita pun masih bisa berperan.

Hampura bila kelihatannya sok tahu, tapi pemikiran-pemikiran ini saya peroleh dari hasil pengamatan dan perenungan (ciyahhh:p) dalam banyak kasus yang bisa dijangkau indra saya. Semoga kita bisa menjadi orang dewasa yang bijak dalam menghadapi anak-anak di sekitar kita.

Oke sekian, rasanya saya sudah melantur terlalu banyak. Maaf buang-buang waktu kisanak sekalian. Terima kasih sudah membaca! Adios👋

Rumah, 11 April 2024
Aliyah’s 9th birthday

--

--